usai sudah beban yang harus gue pikul. hm, stidaknya untuk sementara ini. karena mungkin saja di depan saja masih banyak beban-beban lain yang menanti untuk dipikul.
haiyah, klise banget. beban apa sih, mo?
baru-baru ini, sebuah tablo sebagai visualisasi jalan salib sebagai pengganti jalan salib terakhir sudah terlaksana dengan sukses.
tunggu tunggu. apa itu tablo?
oke, mari kita jabarkan dengan singkat. kalo gue ga salah denger, tablo itu sebenarnya adalah sebuah istilah untuk sebuah drama dimana semua dialog diperdengarkan lewat sebuah kaset (ato cd, mengikuti perkembangan teknologi sekarang ini). jadi pemain2 yang lagi akting hanya lipsing saja mengikuti dialog yang sudah direkam sebelumnya. kalo ga salah denger juga, konsep pertama visualisasi jalan salib Yesus Kristus adalah menggunakan teknik tablo ini. sampai mungkin berkembang konsep baru dimana para pemain benar2 melafalkan dialog mereka sendiri tanpa rekaman sebelumnya. dan yah, istilah tablo tetap dipertahankan hingga saat ini. mungkin sampai artinya bergeser menjadi, tablo = visualisasi jalan salib Yesus Kristus. oke, itu smua kalo gue ga salah denger dan ga salah menyimpulkan yah. mengenai objektivitas dan keakuratan data, saia angkat tangan. hauehaeuhuaeuhae...
oke, balik ke masalah awal. yak, tepatnya tanggal 21 Maret 2008 kemarin, pada hari Jumat Agung, dimana Yesus Kristus wafat di kayu salib, gereja gue mengadakan sebuah tablo unttuk memperingati wafatnya Yesus di kayu salib. tablo tersebut diakhiri oleh tepuk tangan salut dari para umat yang hadir disitu, setelah romo kami memanggil semua pemain ke depan altar dan meminta umat memberi penghormatan atas jasa para kaum muda ini yang telah mencoba membantu umat untuk memaknai makna di balik wafatnya Yesus Kristus.
sukses?
tanya yang nonton aja deh. hehe.
so, yang mau gue ceritain adalah apa peran gue dan bagaimana gue menjalani peran itu.
peran gue di tablo 2008 kmaren apa donk?
kalau peran gue yang terlihat,
sebagai Yudas Iskariot.
ya, si murid Yesus yang berkhianat dan menyerahkan Yesus untuk dihukum mati.
yeah, itu juga terpaksa. lantaran kekurangan pemain, jadinya gue ma johan terpaksa mengambil beberapa peran yang masih kosong. si johan aja kedapetan peran Simon dari Cinere. eh Kirene.
cukup kecil sih, dan bisa dibilang figuran. kalo gue boleh mengistilahkan, itu peran cameo. (cameo: istilah yang digunakan untuk sutradara yang muncul sebagai peran figuran)
nah, sutradara. mungkin itu adalah peran gue. yang tidak terlihat.
sebenernya gue lebih suka disebut sebagai pelatih. secara tugas (awal) gue cuma ngelatih para pemain. of course karena dalam ngelatih tablo, gue ga sendirian. gue ditemani Johan. dan emank peran pelatih itulah yang dibebankan kepada kami berdua. tapi Johan dengan kesibukan waktunya, secara dia ngantor, membuat dia hanya bisa menyisakan sedikit waktunya untuk tablo ini. sedangkan gue?
ah, mau ga mau ya menyerahkan seluruh waktu gue demi keberlangsungan tablo ini.
jadi, sutradara ato pelatih nih mo?
ah, kalo gue ditanya orang, tablo jadi apa mo?
gue slalu bilang, jadi Yudas..hehe..
ya udah, mendapat mandat dari Seksi Kepemudaan (SieKep), gue dan johan pun mengumpulkan pemain dan menyelenggarakan latihan demi latihan yang dimulai di awal bulan Februari. ternyata proses pencarian pemain tidak berjalan begitu mulus. sampai latihan ke-4, terhitung pemain yang terkumpul engga lebih dari SEPULUH orang. ngebuat gue harus memotong-motong naskah yang gue adopsi dari naskah tablo 2006 karya Roland Wiryawan. terpaksa menghilangkan beberapa karakter dan adegan demi menyesuaikan dengan SDM. bahkan sampe gladi kotor pun, gue masih menerima pemain.
oke cukup, itu tentang pemain.
segi produksi, beres!
segi teknis? argh!
ternyata dari SieKep engga menyediakan kepanitiaan. berbekal konsep tablo minimalis, gue pun yakin tablo tahun ini dapat dilaksanakan seminimal mungkin. toh tujuannya hanya satu, mencoba membantu umat menghayati dan memaknai penderitaan sampai wafatnya Yesus.
toh juga dari segi teknis, ga banyak yang dipersiapkan. telah diputuskan bersama untuk menggunakan altar apa adanya sebagai dekorasi itu sendiri. jadi ga perlu ada dekorasi. make-up pun bisa dilakukan swadaya. tinggal peer besar ada pada perlengkapan dan kostum karena perlengkapan dan kostum peninggalan tablo 2006 lenyak tak berbekas semenjak renovasi gereja dua tahun lalu. yap, perfect!
oke, it's easy. tinggal bikin lagi semua properti dan beli semua kostum yang dibutuhkan. untuk dua urusan ini, SieKep turun tangan langsung. alias mereka semua yang belanja properti dan kostum setelah sebelumnya nanya2 ke gue apa aja yang dibutuhkan. lama-kelamaan, gue malah jadi ga enak. masa yang tua2 kerja untuk yang muda2. yaudah, beberapa hand-prop biar gue yang urus bareng beberapa pemain. ini nih capeknya. ga semua berjalan dengan lancar kan. ga cuma properti aja, kostum juga menemui banyak hambatan. kurang ini lah, kurang itu lah. oke, yuk gue bantu urus kostum juga.
catet, urus properti dan kostum. oya, yang tadi urus pemain dan latihan2 juga.
oke yuk maju lagi. ada lagi dua segi teknis yang harus diberesin. emank konsep gue yang pengen 75% pake musik dari cd dan sisanya live musik. jadi harus siapin satu set sound system. butuh mixer dan operator. beruntung kaum muda paroki ini udah punya satu set sound system beserta operatornya. tapi baru bisa dilibatkan pas gladi kotor karena satu dan lain hal. oke, urusin sound. dan musik. ya cuma jelasin dikit ke sang operator sih. tapi ya plus angkat2 mixer, spiker dan lain2 juga.
selain musik, dalam sebuah pertunjukkan, tata lampu juga termasuk hal yang esensial. emank sih kaum muda paroki ini juga udah punya satu set lighting yang mayan. tapi butuh operator juga dan sang operator juga butuh ngerti konsep. dan sekali lagi, lighting baru bisa join latihan pas gladi kotor karena satu dan lain hal. oke, urus lighting juga. ya cuma jelasin juga sih ke operator, tapi plus angkat2 kotak panel lampu beserta lampu2nya juga.
makeup? fiuh, untuk yang satu ini untungnya ada satu pemain yang bisa makeup karakter. jadi semua urusan makeup biarlah jadi urusan dia. tinggal dapet arahan aja dari gue. hehe.
dokumentasi? gue udah tunjuk 2 fotografer dan 1 videoman, sisanya terserah mereka lah. haha.
dan tibalah saat pentas. gue lupa ada satu hal penting pas hari h, kecil namun berperan besar. adalah blackman. alias crew.
tugasnya? ngangkut2 sound system, lighting dari gudang ke altar, tata set properti di altar.
sapa aja crewnya?
- si operator mixer
- si operator lighting
- si operator cd
- dan si pelatih/sutradara
haha!
emank sih pas menjelang pentas, dapet ketambahan 3 sukarelawan, ya mayan lah buat bantu angkat2 sama ngejaga pintu keluar masuk pemain. hoho.
so, gue crita muter2 ini ya cuma sekedar curhat aja.
the big point is, capek!
tapi fun! ahahahaha...
cukup stress sih, bahkan di kamis malamnya sebelum hari-h, kepala gue sempet sakit. yang langsung gue tuding sebagai gejala psikosomatis akibat kelebihan beban pikiran...aheuhaeuhauehaheuhae...
tentang capeknya dan dari status pelatih sampai akhirnya malah ngurusin semua2nya, gue jadi inget pendahulu gue, sekaligus mentor gue di bidang teater dan MC, Roland. yeah, dua tahun lalu mungkin dia ngerasain hal yang sama kaya gue. salah, yang bener adalah, sekarang gue ngalamin hal yang sama yang kaya dia rasain pas dua tahun lalu. dan rasa itu mayan ga enak yah. rasa dimana di tengah2 jalan, lo serasa pengen berhenti dan lari dari semua itu.
jadi bisa narik benang merah deh. sapa pun yang "ngurusin" tablo, walaupun bukan dia yang berperan sebagai Yesus, serasa memikul beban yang ga tau deh sama beratnya ato engga dengan salib yang dipikul oleh Yesus. serasa mikul salib, dan harus dibawa sampai puncak Golgota. seberat apapun, sesulit apapun. no matter what, tu salib harus sampe ke puncak Golgota.
dan ternyata, kalo lo menyerahkan semua2nya kepada Yang Diatas, niscaya lo pasti bakal ngelewatin masa2 sulit ituh kok.
tapi gue cukup menikmati semua itu kok. buktinya, hari minggu kemarin, rasanya aneh banget jam 1 sampe jam 4 sore ada dirumah. secara selama satu setengah bulan penuh tiap hari dan jam yang sama, gue berada di gereja, keringetan treak2 ngelatih pemain.
dan sekarang, can't wait for another church event!
hehe.
haiyah, klise banget. beban apa sih, mo?
baru-baru ini, sebuah tablo sebagai visualisasi jalan salib sebagai pengganti jalan salib terakhir sudah terlaksana dengan sukses.
tunggu tunggu. apa itu tablo?
oke, mari kita jabarkan dengan singkat. kalo gue ga salah denger, tablo itu sebenarnya adalah sebuah istilah untuk sebuah drama dimana semua dialog diperdengarkan lewat sebuah kaset (ato cd, mengikuti perkembangan teknologi sekarang ini). jadi pemain2 yang lagi akting hanya lipsing saja mengikuti dialog yang sudah direkam sebelumnya. kalo ga salah denger juga, konsep pertama visualisasi jalan salib Yesus Kristus adalah menggunakan teknik tablo ini. sampai mungkin berkembang konsep baru dimana para pemain benar2 melafalkan dialog mereka sendiri tanpa rekaman sebelumnya. dan yah, istilah tablo tetap dipertahankan hingga saat ini. mungkin sampai artinya bergeser menjadi, tablo = visualisasi jalan salib Yesus Kristus. oke, itu smua kalo gue ga salah denger dan ga salah menyimpulkan yah. mengenai objektivitas dan keakuratan data, saia angkat tangan. hauehaeuhuaeuhae...
oke, balik ke masalah awal. yak, tepatnya tanggal 21 Maret 2008 kemarin, pada hari Jumat Agung, dimana Yesus Kristus wafat di kayu salib, gereja gue mengadakan sebuah tablo unttuk memperingati wafatnya Yesus di kayu salib. tablo tersebut diakhiri oleh tepuk tangan salut dari para umat yang hadir disitu, setelah romo kami memanggil semua pemain ke depan altar dan meminta umat memberi penghormatan atas jasa para kaum muda ini yang telah mencoba membantu umat untuk memaknai makna di balik wafatnya Yesus Kristus.
sukses?
tanya yang nonton aja deh. hehe.
so, yang mau gue ceritain adalah apa peran gue dan bagaimana gue menjalani peran itu.
peran gue di tablo 2008 kmaren apa donk?
kalau peran gue yang terlihat,
sebagai Yudas Iskariot.
ya, si murid Yesus yang berkhianat dan menyerahkan Yesus untuk dihukum mati.
yeah, itu juga terpaksa. lantaran kekurangan pemain, jadinya gue ma johan terpaksa mengambil beberapa peran yang masih kosong. si johan aja kedapetan peran Simon dari Cinere. eh Kirene.
cukup kecil sih, dan bisa dibilang figuran. kalo gue boleh mengistilahkan, itu peran cameo. (cameo: istilah yang digunakan untuk sutradara yang muncul sebagai peran figuran)
nah, sutradara. mungkin itu adalah peran gue. yang tidak terlihat.
sebenernya gue lebih suka disebut sebagai pelatih. secara tugas (awal) gue cuma ngelatih para pemain. of course karena dalam ngelatih tablo, gue ga sendirian. gue ditemani Johan. dan emank peran pelatih itulah yang dibebankan kepada kami berdua. tapi Johan dengan kesibukan waktunya, secara dia ngantor, membuat dia hanya bisa menyisakan sedikit waktunya untuk tablo ini. sedangkan gue?
ah, mau ga mau ya menyerahkan seluruh waktu gue demi keberlangsungan tablo ini.
jadi, sutradara ato pelatih nih mo?
ah, kalo gue ditanya orang, tablo jadi apa mo?
gue slalu bilang, jadi Yudas..hehe..
ya udah, mendapat mandat dari Seksi Kepemudaan (SieKep), gue dan johan pun mengumpulkan pemain dan menyelenggarakan latihan demi latihan yang dimulai di awal bulan Februari. ternyata proses pencarian pemain tidak berjalan begitu mulus. sampai latihan ke-4, terhitung pemain yang terkumpul engga lebih dari SEPULUH orang. ngebuat gue harus memotong-motong naskah yang gue adopsi dari naskah tablo 2006 karya Roland Wiryawan. terpaksa menghilangkan beberapa karakter dan adegan demi menyesuaikan dengan SDM. bahkan sampe gladi kotor pun, gue masih menerima pemain.
oke cukup, itu tentang pemain.
segi produksi, beres!
segi teknis? argh!
ternyata dari SieKep engga menyediakan kepanitiaan. berbekal konsep tablo minimalis, gue pun yakin tablo tahun ini dapat dilaksanakan seminimal mungkin. toh tujuannya hanya satu, mencoba membantu umat menghayati dan memaknai penderitaan sampai wafatnya Yesus.
toh juga dari segi teknis, ga banyak yang dipersiapkan. telah diputuskan bersama untuk menggunakan altar apa adanya sebagai dekorasi itu sendiri. jadi ga perlu ada dekorasi. make-up pun bisa dilakukan swadaya. tinggal peer besar ada pada perlengkapan dan kostum karena perlengkapan dan kostum peninggalan tablo 2006 lenyak tak berbekas semenjak renovasi gereja dua tahun lalu. yap, perfect!
oke, it's easy. tinggal bikin lagi semua properti dan beli semua kostum yang dibutuhkan. untuk dua urusan ini, SieKep turun tangan langsung. alias mereka semua yang belanja properti dan kostum setelah sebelumnya nanya2 ke gue apa aja yang dibutuhkan. lama-kelamaan, gue malah jadi ga enak. masa yang tua2 kerja untuk yang muda2. yaudah, beberapa hand-prop biar gue yang urus bareng beberapa pemain. ini nih capeknya. ga semua berjalan dengan lancar kan. ga cuma properti aja, kostum juga menemui banyak hambatan. kurang ini lah, kurang itu lah. oke, yuk gue bantu urus kostum juga.
catet, urus properti dan kostum. oya, yang tadi urus pemain dan latihan2 juga.
oke yuk maju lagi. ada lagi dua segi teknis yang harus diberesin. emank konsep gue yang pengen 75% pake musik dari cd dan sisanya live musik. jadi harus siapin satu set sound system. butuh mixer dan operator. beruntung kaum muda paroki ini udah punya satu set sound system beserta operatornya. tapi baru bisa dilibatkan pas gladi kotor karena satu dan lain hal. oke, urusin sound. dan musik. ya cuma jelasin dikit ke sang operator sih. tapi ya plus angkat2 mixer, spiker dan lain2 juga.
selain musik, dalam sebuah pertunjukkan, tata lampu juga termasuk hal yang esensial. emank sih kaum muda paroki ini juga udah punya satu set lighting yang mayan. tapi butuh operator juga dan sang operator juga butuh ngerti konsep. dan sekali lagi, lighting baru bisa join latihan pas gladi kotor karena satu dan lain hal. oke, urus lighting juga. ya cuma jelasin juga sih ke operator, tapi plus angkat2 kotak panel lampu beserta lampu2nya juga.
makeup? fiuh, untuk yang satu ini untungnya ada satu pemain yang bisa makeup karakter. jadi semua urusan makeup biarlah jadi urusan dia. tinggal dapet arahan aja dari gue. hehe.
dokumentasi? gue udah tunjuk 2 fotografer dan 1 videoman, sisanya terserah mereka lah. haha.
dan tibalah saat pentas. gue lupa ada satu hal penting pas hari h, kecil namun berperan besar. adalah blackman. alias crew.
tugasnya? ngangkut2 sound system, lighting dari gudang ke altar, tata set properti di altar.
sapa aja crewnya?
- si operator mixer
- si operator lighting
- si operator cd
- dan si pelatih/sutradara
haha!
emank sih pas menjelang pentas, dapet ketambahan 3 sukarelawan, ya mayan lah buat bantu angkat2 sama ngejaga pintu keluar masuk pemain. hoho.
so, gue crita muter2 ini ya cuma sekedar curhat aja.
the big point is, capek!
tapi fun! ahahahaha...
cukup stress sih, bahkan di kamis malamnya sebelum hari-h, kepala gue sempet sakit. yang langsung gue tuding sebagai gejala psikosomatis akibat kelebihan beban pikiran...aheuhaeuhauehaheuhae...
tentang capeknya dan dari status pelatih sampai akhirnya malah ngurusin semua2nya, gue jadi inget pendahulu gue, sekaligus mentor gue di bidang teater dan MC, Roland. yeah, dua tahun lalu mungkin dia ngerasain hal yang sama kaya gue. salah, yang bener adalah, sekarang gue ngalamin hal yang sama yang kaya dia rasain pas dua tahun lalu. dan rasa itu mayan ga enak yah. rasa dimana di tengah2 jalan, lo serasa pengen berhenti dan lari dari semua itu.
jadi bisa narik benang merah deh. sapa pun yang "ngurusin" tablo, walaupun bukan dia yang berperan sebagai Yesus, serasa memikul beban yang ga tau deh sama beratnya ato engga dengan salib yang dipikul oleh Yesus. serasa mikul salib, dan harus dibawa sampai puncak Golgota. seberat apapun, sesulit apapun. no matter what, tu salib harus sampe ke puncak Golgota.
dan ternyata, kalo lo menyerahkan semua2nya kepada Yang Diatas, niscaya lo pasti bakal ngelewatin masa2 sulit ituh kok.
tapi gue cukup menikmati semua itu kok. buktinya, hari minggu kemarin, rasanya aneh banget jam 1 sampe jam 4 sore ada dirumah. secara selama satu setengah bulan penuh tiap hari dan jam yang sama, gue berada di gereja, keringetan treak2 ngelatih pemain.
dan sekarang, can't wait for another church event!
hehe.
- Tuesday, March 25, 2008
- 2 Comments