Nostalgila: S. Psi (2)
Sunday, November 07, 2010lanjutan dari Nostalgila: S. Psi
Persiapan menuju sidang rasanya lebih santai dan tanpa beban ketimbang persiapan mengumpulkan mahakarya. Menurut gue ya karena gue udah hapal mati bahkan setiap hurufnya sudah tercetak di sela-sela setiap membran otak gue. Ya jelas aja, wong gue ngerjain mahakarya gue itu selama SEMBILAN BULAN lamanya. Gimana engga mau paham betul, coba. Jadi rasanya sidang nanti itu akan gue anggap sebagai diskusi semata.
Semakin dekat dengan hari sidang gue di hari Jumat, 30 Oktober 2009 jam 10.00 pagi, gue harus menelan kalimat terakhir paragraf di atas. Segala macam pemikiran dan kalimat-kalimat positif mengenai sidang yang gue dapat dari senior-senior gue (seperti; sidang skripsi itu jauh lebih santai ketimbang ujian KONTES, sidang skripsi itu kaya diskusi feedback dengan dosen ahli, dll) rasanya engga mempan lagi. Gile, deg-degan nya itu loh lebih deg-degan daripada nunggu jawaban setelah gue nembak cewe! *halah*.
Gue memang engga serajin itu untuk buka-buka kembali setiap halaman mahakarya gue (karena udah eneg mampus rasanya), tapi masa penantian itu gue habiskan dengan baca-baca lagi konsep awal dan utama mengenai archetype Innocent karena terakhir kali gue baca-baca ini adalah 4-5 bulan yang lalu. Selain itu, hal yang perlu diwaspadai adalah Ujian Teori Kepribadian.
Ini dia nih yang bikin gue kalang kabut. Di fakultas kami, Ujian Teori Kepribadian ini memang satu paket combo dengan Ujian Skripsi. Isinya adalah seberapa paham para mahasiswa Psikologi mengenai teori-teori Kepribadian yang ada, dan bagaimana aplikasinya terhadap dunia keseharian. Gampang yah? Ndasmu!
Beruntungnya (atau beberapa temen bilang, siyalnya) gue adalah, dosen yang menguji Ujian Teori Kepribadian ini adalah dosen pembimbing skripsi masing-masing. Nah berhubung dosen pembimbing gue adalah dosen paling gaul, nyentrik, dan gokil sekampus, beliau selalu udah ngasih duluan dua pertanyaan yang akan dia berikan di Ujian Teori Kepribadian nantinya. Jadi gue ya tinggal siap-siap dan cari jawaban yang kuat.
Tak terasa, Hari-H pun datang. Gue inget banget gue bener-bener ga bisa tidur karena berbagai macam pikiran melintas di kepala gue. Tapi gue pastikan bahwa gue akan datang ke kampus sekitar jam 8 pagi, jadi 2 jam persiapan sebelum masuk ruang sidang rasanya cukup. Gue memang engga mau kelamaan daripada gue bisa mati berdiri saking paniknya kan. Baru tidur sekitar jam 3 pagi, gue dibangunkan sekitar jam 6 pagi oleh sms dari dosen pembimbing gue yang bunyinya begini;
JEDERRRRR....mepet berat kan dosen gue yang satu ini ahahahahaha. Benar-benar menghancurkan pagi yang indah yang udah gue persiapkan sedemikian rupa. Buru-buru mandi dan sarapan seadanya, gue pamit dan mohon restu dari bokap nyokap gue tapi kebetulan bokap lagi keluar rumah sebentar, jadinya cuma pamit sama nyokap gue deh. Gue inget banget, pas gue pamit, nyokap ngasih sun pipi kanan kiri dimana ga pernah sebelumnya kalo gue pamit pergi ke kampus di kasih sun pipi kanan kiri. Trus tiba-tiba nyokap masuk kamar, gue pun pake jaket helem dan perlengkapan motor lainnya dan nyabut kunci motor dari gantungannya. Tepat sebelum gue memacu motor gue ke jalan, gue liat nyokap keluar buat nutupin pagar dengan mata merah....haishhh....Tiba-tiba gue jadi sadar, ini dia hari dimana anak laki-laki satu-satunya akan mengikuti sidang skripsi, lalu melepas masa studi empat tahunnya.
Sampai di kampus sekitar jam 7 pagi, gue baru baca sms dari dosen pembimbing gue yang kayaknya udah nyampe pas gue di jalan tadi.
GUBRAKKKKKSSSS ga sihhhhhhhh......aaaaaaaaahhhh...!!!
Tapi pagi itu gue habiskan dengan membaca dan membalas sms-sms "semangat dan sukses" yang berdatangan dari teman-teman gue ke inbox hp gue. Beneran yah, walaupun singkat tapi sms-sms itu bener-bener memupuk semangat dan keberanian gue loh dalam menunggu sidang gue. Beberapa teman gue pun khusus datang untuk memberikan semangat moral ke gue, dari yang beda fakultas sampe yang beda universitas. Gue pun mencoba untuk engga terlalu mikirin waktu sidang nanti. Gue juga sengaja ga baca-baca bahan atau buka-buka mahakarya gue lagi biar nanti tetap fresh dan keluar seadanya pas presentasi dan tanya jawab.
Akhirnya waktu yang ditunggu pun tiba. Dimulai dengan Ujian Teori Kepribadian sekitar 30 menit, lalu Ujian Skripsi gue. Inilah dia, saat-saat akhir dari masa studi empat tahun program sarjana Psikologi gue. Tiba-tiba muncul sekelebat-duakelebat memori masa-masa gue mulai kuliah, dari masa satu tahun gue kuliah di YAI, terus pindah ke Atma, ngerjain tugas-tugas, gonta-ganti peer group, begadang ngerjain KonTes, dll. Semua itu harus berakhir disini. Dan saatnya gue untuk terjun ke dunia luar dan mengaplikasikan semua yang sudah gue pelajari selama empat tahun (gue masih engga mau nganggep masa satu tahun gue kuliah di YAI ;p).
Di dalam ruang sidang, selain ada dosen pembimbing yang akan nemenin gue selama ujian, ada pula dua dosen penguji. Ini dia yang menarik, satu dosen penguji yang memang ahli di bidang psikometri dan alat tes untuk menguji alat tes gue, dan berhubung tidak ada dosen lain selain dosen pembimbing gue yang ahli di bidang archetype, maka dikasihlah gue dosen yang baru saja mendapat gelar Guru Besar di Atma Jaya. Ohohohohoho keren amat yaaaaa gueeeeee. Diuji sama Guru Besar dan seorang dosen yang temenan sama seorang pengarang buku Psikometri.
Setelah gue selesai presentasi, tiba-tiba dosen pembimbing gue bilang ke dua dosen penguji dan gue;
Oke, saya pamit dulu yah. Mo, sukses yah!
Gue yang masih engga percaya dengan kenyataan hanya bisa memandangi beliau keluar dari ruangan dan menutup pintu di depan mata gue. Gue ditinggalkan sendirian menghadapi dua dosen penguji. Dua lawan satu! ARGH! Tapi gue memang sudah siap dengan skenario ini karena memang ada senior gue yang dibimbing sama beliau juga bernasib sama; ditinggal di ruang sidang. HA HA HA *tawasinis*.
Sesi tanya jawab pun berlalu dengan baik. Yang menurut gue cukup santai sih, karena memang dua dosen penguji itu hanya ingin berdiskusi lebih lanjut dengan penelitian yang gue lakukan. Tampaknya mereka cukup tertarik dengan penelitian baru ini dan paham betul mengenai sulitnya konsep yang benar-benar abstrak diaplikasikan dalam item-item alat tes yang konkrit dan situasional. Memang hasil dari penelitian gue adalah alat tes gue tidak valid, tapi bukan berarti bahwa nilai gue langsung jelek. Yang dilihat adalah proses pengerjaan, cara, dan metode yang gue pake.
Selesai tanya jawab, gue disuruh keluar sebentar karena mereka mau berdiskusi. Sekitar 5 menit gue nunggu di luar bareng sama temen-temen gue. Beneran saat-saat nunggu di luar itu udah kaya nunggu proses kelahiran anak pertama deh! ahahaha. Gue masuk, dan salah satu dosen penguji bilang,
Setelah berdiskusi, kami menyatakan bahwa anda lulus dari Fakultas Psikologi. Selamat, Timo!
DANG!
Singkat cerita, langsunglah gue tunggang langgang ngurusin persiapan kelulusan gue. Revisi sana-sini, dan siapin berkas-berkas sebelum yudisium. Begitu tanggal yudisium keluar, gue langsung shock. Karena tanggal yudisium adalah tepat bersamaan dengan tanggal berangkat gue ke Manila; 9 November 2009 (091109). JEDERRRR....
Ada beberapa opsi; gue mundurin tiket gue tapi tentunya akan kena charge yang cukup mahal. Atau gue tetap berangkat 9 November tapi gue belum dinyatakan sebagai Sarjana Psikologi dan harus ikut yudisium di bulan Maret 2010 ketika gue pulang nantinya. Tapi kalau opsi yang kedua ini tuh rasanya, meskipun udah kelar sidang dan segala macem tetep aja ada yang berasa kurang dan bikin ga enak masa tinggal gue di Manila nantinya. Kalo analogi gue; berasa ada sisa-sisa tai di pantat ;p
Gue pun konsultasi ke Wadek 3 dan Wadek 1. Ternyata mereka punya solusi lain; membuat yudisium khusus buat gue di hari Sabtu, 7 November 2009 tapi dengan syarat ada surat tertulis dari Taize dan tiket berangkat gue. Yihaaaaa!
Sabtu, 7 November 2009 gue khusus datang ke kampus. Rasanya baru kali gue ke kampus hari Sabtu setelah beberapa tahun terakhir. Memakai kemeja favorit gue, celana bahan, dan vantofel. Gue masuk sekretariat, cari Wadek 1 dan Wadek 3. Bertiga kami pun masuk ke ruangan kantor Wadek 1 dan di-yudisium lah gue, sendirian. Dibacain nilai IP gue dan gue pun dinyatakan LULUS sebagai SARJANA PSIKOLOGI.
4 comment(s)
gila mo abis baca gw NGAKAK POL!
ReplyDeleteKOK BISA SIH lo diyudisium sendirian gitu??? gyahahahah kocak!
GUE yang motoin!!! ahahahahaha.. gila yeee moo udah setaun! gue juga nihhh.. TEPAT hari ini moo kalo gueee.. ehehehe.. aduh aduhhh akhirnya yeee.. gue masih inget senyum kaku loe mo waktu mau sidang kmrn.. dengan skinny tie yg loe pake, kemeja coklat ahey.. hauhahua.. lalu bgmn pertanggungjawaban Timotius Prassanto, S.Psi?
ReplyDelete@bufo: bisa banget, gue gitu loohhhhh! ahahaha.
ReplyDelete@lili: iya li, udah setahun! dari tahun lalu gue mau tulis tapi lupa dan ga sempet mulu. akhirnya kesampean juga buat nulis. gara2 lo ngomongin senyum kaku dengan skinny tie gue, gue jadi inget ada foto itu di album fb lo. jadi gue tambahin foto itu deh di postingan ini ahahaha. pertanggungjawaban, ini buktinya udah go-international ahahahaha! :D
ahahahahahhahaa gue selalu suka baca kisah sidang skripsi siapapun mereka.. menurut gue, itu tahapan kehidupan yg sakral!
ReplyDeletegeblek lah emang sama aja yah ternyata pas mau sidang itu.. tapi last minute elo ini parah bgt tuh gue sih jd elo udh hah hoh hah hoh nyari napas kali yaaa