“Pancinya jangan dibuka-tutup
terus, nanti nasinya engga akan matang”. Kira-kira begitu ujar salah satu
peserta kepada peserta dari kelompok lain yang sedang memasak nasi. Ternyata
kelompok tersebut telah memasak nasi itu selama 45 menit dan tidak kunjung matang,
padahal waktu 3M (Masak, Makan, Mandi) hanya dua jam dan acara selanjutnya akan
segera dimulai. Belum lagi mereka harus memasak lauk-pauk juga, tapi harus
menunggu nasi tersebut matang karena mereka hanya membawa satu kompor kecil.
Akhirnya kelompok tersebut menunda untuk memasak nasi, untuk kemudian memasak
mie instan dengan telur. Ya, mie instan memang selalu menjadi bahan makanan
penyelamat di saat-saat tertentu, tentunya asal tidak dimakan setiap waktu.
Itu hanyalah salah satu
pengalaman bertahan hidup, yang dialami salah satu kelompok dalam acara kemping
untuk Orang Muda Katolik (OMK) Paroki St. Yakobus, Super Camp 4. Selain mereka
harus memasak sendiri, mereka juga harus tidur di dalam tenda tanpa kasur empuk
yang menjadi alasnya. Tidak hanya itu, mereka juga harus meninggalkan berbagai
macam teknologi dan alat komunikasi selama empat hari tiga malam di bumi
perkemahan Rancaupas, Ciwidey, Bandung. Sebagai gantinya, panitia yang juga
sesama orang muda telah mempersiapkan berbagai acara untuk mengisi kegiatan
dari tanggal 27 – 30 Agustus 2011.
Selama empat hari tiga malam,
panitia telah menyiapkan berbagai macam permainan yang meningkatkan kerja sama
dan kebersamaan dalam kelompok. Di hari kedua, peserta juga diberi kesempatan
untuk bermain permainan outbond yang
membutuhkan keberanian tersendiri, seperti flying
fox yang menjadi salah satu fasilitas di bumi perkemahan Rancaupas. Setelah
meningkatkan kekompakan dan keberanian di siang hari, peserta pun diuji
keberanian dan determinasinya ketika menjelajah hutan di malam harinya.
- Monday, September 26, 2011
- 1 Comments