pas hari Sabtu, 13 Juni 2009 kemarin, ga sengaja gue dan temen2 gue nonton acara Jean Pantau di salah satu tv swasta. kami yang lagi having fun di Bandung, entah kenapa terpaku pada acara tv tersebut. acara Jean Pantau itu sebelum mulai, menyajikan semacam trailer akan hal-hal apa saja yang akan mereka sajikan pada episode tersebut.
buat yang belum tau apa itu Jean Pantau, ini adalah saudaranya John Pantau (eh, bener kan John Pantau?). kalau John Pantau lebih mengulik ke kehidupan lalu lintas yang seringkali dilanggar oleh penggunanya, mewawancari sang pelanggar untuk menimbulkan efek jera sekaligus mengingatkan mereka (dan penonton) untuk tetap mematuhi peraturan lalu lintas yang ada. nah kalo Jean Pantau, lebih mengulik ke kehidupan sehari-hari orang Jakarta. episode minggu lalu kalo gue ga salah inget, di salah satu segmen, Jean mewawancarai penjual es balok yang ternyata menggunakan air sungai untuk dijadikan es balok untuk kemudian dijual (!^%$!@%$!^@!!).
nah episode Sabtu, 13 Juni 2009 kemarin, Jean Pantau mengulas bahayanya jajanan pinggir jalan di Jakarta. bagaimana penjual es sirop keliling menggunakan pemanis buatan dan pewarna pakaian supara siropnya terlihat berwarna dan manis, gimana penjuat cireng menggunakan minyak yang sama dalam satu hari untuk menggoreng cirengnya, dan di segmen terakhir yang paling mengejutkan, bagaimana penjual gorengan (tempe, tahu, bakwan, dll) memasak aneka gorengannya.
sebelum mendatangi dan mewawancarai, tim Jean Pantau memantau si tukang gorengan dari jauh. terlihat dari kejauhan, si tukang gorengan sedang memasukkan minyak ke dalam wajan penggorengannya. minyak itu dituang ke dalam wajan dari plastik pembungkusnya. dituang dan dituang sampai habis, EH PLASTIKNYA JUGA DIMASUKKIN KE WAJAN (!^%$!@%$!^@!!).
biasa, dramatisasi acara TV di Indonesia, adegan mengejutkan itu pun dipotong oleh iklan komersial ahahahaha. setelah acara kembali dimulai, Jean Pantau, yang di episode itu ditemani oleh Benu Buloe yang berkostum pepaya (yup, ada manusia pepaya jalan-jalan di Jakarta yang panas!), nyamperin si tukang gorengan dengan maksud untuk sedikit tanya-tanya.
dengan posisi kameramen yang membelakangi si tukang gorengan, kita dapat melihat Jean Pantau dan Benu Buloe yang asik menginterogerasi si tukang gorengan. entah angle semacam itu dimaksudkan untuk menyembunyikan identitas si tukang gorengan ato engga, tapi gue rasa itu cukup etis. nah kira-kira begini kutipan dialog antara Jean Pantau dan Benu Buloe dengan Tukang Gorengan. tentunya mereka mulai dengan basa-basi dulu, tapi gue langsung ke inti permasalahannya.
seketika itu juga, di layar tv terlihat tulisan untuk mengkoreksi pernyataan si Tukang Gorengan yang cukup ngasal itu, gimana bahayanya zat karsiogenik yang terdapat pada plastik terhadap kesehatan manusia.
intinya gue mau cerita yang satu ini.
hari Minggu, 14 Juni 2009 kemarin, jam enam pagi gue harus bertolak dari Bandung ke Jakarta, untuk jadi usher di acara Gala Premiere film Garuda di Dadaku di Blitzmegaplex Grand Indonesia. nah sebelum naik mini bus X-Trans yang akan berangkat jam enam pagi pas, gue jalan-jalan dulu di sekitar Cihampelas untuk cari warung yang udah buka. sempet putus asa karena tidak banyak kehidupan di jalan itu, akhirnya gue nemu 3-4 warung yang berderetan, kebanyakan sih menunya indomie. ya udah gue pilih salah satu warung yang cukup sepi, dengan pertimbangan ga perlu lama-lama nunggu pesenan.
gue pesen Indomie Rebus + Telor, lalu duduk sambil membayangkan asiknya makan Indomie Rebus yang hangat di pagi hari yang dingin itu, ditambah Telor untuk mengganti energi gue yang terbuang lantaran kurang tidur. daripada ga ada kerjaan ngeliatin dinding yang ditempelin flyers kampanye, gue iseng-iseng mengobservasi gimana si Mamang memasak Indomie Rebus + Telor pesenan gue.
si Mamang menyalakan kompornya, dimana udah terletak satu panci cukup besar berwarna merah di atasnya. si Mamang mengambil telor, mecahin telor dengan sigap, trus masukin telor itu ke plastik. HAH? oh mungkin dia ngebuang kuning telornya kali yah, biar ga kolesterol. oke positip tingking! trus dia pun masukin si plastik berisi telor itu ke dalam panci, trus ditutup oleh si tutup panci. HAAAHH??? WTF??? (!^%$!@%$!^@!!)
oh tidak, telor gue akan terasa gurih, renyah, dan kremes-kremes...
detik itu, gue cuma bisa bengong melongo lama, ditambah efek kantuk gue yang cuma tidur 2 jam semalem. di dalam otak gue dengan kapasitas terrendahnya, pikiran gue melayang ke episode Jean Pantau yang baru gue tonton kemarin tentang gimana si Tukang Gorengan masukin plastik minyaknya ke wajan penggorengan. dan amazingly, gue melihat hal yang sama pada pagi hari yang spesial pake telor plastik ini: si Mamang masukin plastik isi telor ke dalam panci!
lalu terlihat si Mamang sedang nunggu si telor mateng. selama itu pun gue mulai membuat beberapa jalur alternatip. antara tanya langsung ke si Mamang, "heh? kok lo masukin plastiknya juga?? biar gurih ya?? biar renyah ya?? lo kate telornya gorengan apah??", atau menunggu si Mamang selesai memasak Indomie Rebus + Telor nan Gurih dan Renyah. dan kalau bener si plastik larut dalam mie dan telor, gue akan cabut lari tunggang langgang sambil tereak-tereak "ANJIIIRRR GUE DISODORIN INDOMIE REBUS TELOR PAKE PLASTIKKK!!!".
tapi tampaknya gue lebih prefer ke alternatip kedua dengan adegan tereak-tereak diganti dengan membayar si Mamang trus cabut tanpa makan Indomie Rebus + Telor nan Gurih dan Renyah tersebut.
selagi sibuk membayangkan gimana ending dari episode Timo Pantau pada pagi hari spesial pake telor plastik itu, gue melihat si Mamang ngebuka bungkus Indomie, memasukkan mie yang masih kering ke dalam bungkus plastik, berikut bumbu-bumbunya, masukin sedikit air yang dia ambil pake centong dari dalem panci ke dalam plastik berisi mie itu, trus serta merta memasukkan plastik berisi mie tersebut ke dalam panci merahnya yang luar biasa (!^%$!@%$!^@!!).
tarik napas, rekapitulasi. gue mulai membayangkan isi dari panci merah besarnya itu: si plastik berisi telor sendang bersanding dengan mesranya dengan pasangan barunya, plastik berisi indomie, dan mereka sedang dimadu asmara untuk direbus berdua, dalam satu jalinan kasih panci merah nan menyala, diiringi oleh panasnya api kompor yang membahana di bawah mereka. oh indahnya...
well, entah antara shock atau kantuk yang teramat sangat, gue cuma bisa duduk lemas dan memandangi si Panci Merah, dan si Mamang. kemudian pikiran gue dalam level terrendahnya mulai bekerja. hm, itu kan panci, isinya air, gunanya untuk merebus. tentu saja, kan gue pesan Indomie Rebus. mungkin ga sih, plastik bisa larut dalam air yang direbus? kalau plastik larut dalam wajan penggorengan sih memang, tapi dalam air yang direbus? hm hm, sayang pengetahuan dapur gue sangat minim, dan yang hanya bisa gue lakukan untuk tahu jawabannya adalah menunggu si Mamang selesai merebus mie dan telor itu. pengen sih gue telpon nyokap untuk tanya, "plastik direbus di dalem air, bisa larut ga sih?". tapi tampaknya pada jam sepagi ini, nyokap belum bangun untuk menjawab pertanyaan super penting itu, pertanyaan yang akan menentukan ke arah mana masa depan gue nantinya.
sementara gue larut dalam pikiran gue, si Mamang bergerak mendekati si Panci Merah, membuka tutupnya, melongok ke dalam panci, lalu mengeluarkan si Plastik Indomie, menuang Indomie ke dalam mangkok yang telah disiapkan sebelumnya. lalu si Mamang mengeluarkan si plastik telor, menuangkannya di atas indomie nya. kemudian si Mamang mengambil sendok dan garpu, meletakkannya di mangkok tersebut. kemudian si Mamang membawa mangkok itu ke depan gue. inilah dia, Indomie Rebus + Telor Rasa Plastik!
sementara itu si Mamang kembali ke dapur berjalannya, mengambil kedua plastik bekas indomie dan telor tadi, dan menaruhnya di sebuah kotak di meja. mata gue pun tertuju pada kotak itu. dari jauh tampak beberapa plastik tampak berdiri berbaris di dalam kotak itu. tampaknya plastik itu sudah siap bertugas pada hari itu, untuk membungkus indomie dan telor di dalam si Panci Merah. gosh!!!
lalu mata gue kembali ke hidangan hangat di depan mata gue. sebuah mangkok biru berisi indomie rebus dan telornya, dihiasi oleh sendok dan garpu, aromanya diperkuat oleh asap yang mengepul di sekitarnya. asap itu seakan mengatakan kepada indera penciuman dan penglihatan gue sebagai sebuah kode "EAT ME! EAT ME!".
dan gue pun menyantap Indomie Rebus + Telor Rasa Plastik itu. haha! *laper euyy...!
malam harinya, gue cerita ke sohib-sohib gue. salah satu dari sohib gue bilang bahwa itu adalah hal yang wajar ditemukan di warung-warung. hanya untuk mempermudah dan mempercepat si tukang masak memisah-misahkan indomie milih si pemesan yang satu dengan yang lainnya. ya cukup masuk akal dibandingkan asumsi awal gue, untuk menghemat air biar ga usah ganti-ganti air untuk memasak indomie berkali-kali dalam jangka waktu tertentu.
tapi tetep aja, bukannya plastik sangat berbahaya bila dipanaskan yah? hasil penerawangan gue sama mbah Google, zat-zat dalam plastik yang dipanaskan bisa berpindah ke dalam makanan, dan bisa berpindah ke tubuh yang mengkonsumsi makanan tersebut.
jadi yah, hati-hati aja kalau jajan atau makan di pinggir jalan.
dan kayaknya, celetukan iseng kalo lagi makan diluar seperti, "ga pake lama yah, bang!" perlu diganti menjadi
gambar gorengan diambil dari sini
gambar mie diambil dari sini
gambar kantong plastik diambil dari sini
gambar panci diambil dari sini
artikel tentang Gorengan Mengandung Plastik bisa dibaca disini
pertanyaan gue mengenai plastik bisa direbus atau engga, ternyata jawabannya ada di artikel tentang Merebus Air di Gelas Plastik yang bisa dibaca disini
buat yang belum tau apa itu Jean Pantau, ini adalah saudaranya John Pantau (eh, bener kan John Pantau?). kalau John Pantau lebih mengulik ke kehidupan lalu lintas yang seringkali dilanggar oleh penggunanya, mewawancari sang pelanggar untuk menimbulkan efek jera sekaligus mengingatkan mereka (dan penonton) untuk tetap mematuhi peraturan lalu lintas yang ada. nah kalo Jean Pantau, lebih mengulik ke kehidupan sehari-hari orang Jakarta. episode minggu lalu kalo gue ga salah inget, di salah satu segmen, Jean mewawancarai penjual es balok yang ternyata menggunakan air sungai untuk dijadikan es balok untuk kemudian dijual (!^%$!@%$!^@!!).
nah episode Sabtu, 13 Juni 2009 kemarin, Jean Pantau mengulas bahayanya jajanan pinggir jalan di Jakarta. bagaimana penjual es sirop keliling menggunakan pemanis buatan dan pewarna pakaian supara siropnya terlihat berwarna dan manis, gimana penjuat cireng menggunakan minyak yang sama dalam satu hari untuk menggoreng cirengnya, dan di segmen terakhir yang paling mengejutkan, bagaimana penjual gorengan (tempe, tahu, bakwan, dll) memasak aneka gorengannya.
sebelum mendatangi dan mewawancarai, tim Jean Pantau memantau si tukang gorengan dari jauh. terlihat dari kejauhan, si tukang gorengan sedang memasukkan minyak ke dalam wajan penggorengannya. minyak itu dituang ke dalam wajan dari plastik pembungkusnya. dituang dan dituang sampai habis, EH PLASTIKNYA JUGA DIMASUKKIN KE WAJAN (!^%$!@%$!^@!!).
biasa, dramatisasi acara TV di Indonesia, adegan mengejutkan itu pun dipotong oleh iklan komersial ahahahaha. setelah acara kembali dimulai, Jean Pantau, yang di episode itu ditemani oleh Benu Buloe yang berkostum pepaya (yup, ada manusia pepaya jalan-jalan di Jakarta yang panas!), nyamperin si tukang gorengan dengan maksud untuk sedikit tanya-tanya.
dengan posisi kameramen yang membelakangi si tukang gorengan, kita dapat melihat Jean Pantau dan Benu Buloe yang asik menginterogerasi si tukang gorengan. entah angle semacam itu dimaksudkan untuk menyembunyikan identitas si tukang gorengan ato engga, tapi gue rasa itu cukup etis. nah kira-kira begini kutipan dialog antara Jean Pantau dan Benu Buloe dengan Tukang Gorengan. tentunya mereka mulai dengan basa-basi dulu, tapi gue langsung ke inti permasalahannya.
JP: pak, itu tadi kita liat dari jauh, kok bapak masukin plastik ke wajan juga pak?
TK: ah masa?
BB: iya pak, tadi itu bapak nuang minyak ampe abis, eh plastiknya masuk juga ke wajan.
TK: ah engga sengaja itu...
JP: itu plastiknya dimasukin biar apa yah pak?
TK: biar gurih...
BB: oooh biar gurih dan renyah gitu kali yah pak?
JP: bapak tau ga bahayanya plastik untuk kesehatan?
TK: tau, bisa batuk, pilek, panas dalam...
seketika itu juga, di layar tv terlihat tulisan untuk mengkoreksi pernyataan si Tukang Gorengan yang cukup ngasal itu, gimana bahayanya zat karsiogenik yang terdapat pada plastik terhadap kesehatan manusia.
intinya gue mau cerita yang satu ini.
hari Minggu, 14 Juni 2009 kemarin, jam enam pagi gue harus bertolak dari Bandung ke Jakarta, untuk jadi usher di acara Gala Premiere film Garuda di Dadaku di Blitzmegaplex Grand Indonesia. nah sebelum naik mini bus X-Trans yang akan berangkat jam enam pagi pas, gue jalan-jalan dulu di sekitar Cihampelas untuk cari warung yang udah buka. sempet putus asa karena tidak banyak kehidupan di jalan itu, akhirnya gue nemu 3-4 warung yang berderetan, kebanyakan sih menunya indomie. ya udah gue pilih salah satu warung yang cukup sepi, dengan pertimbangan ga perlu lama-lama nunggu pesenan.
gue pesen Indomie Rebus + Telor, lalu duduk sambil membayangkan asiknya makan Indomie Rebus yang hangat di pagi hari yang dingin itu, ditambah Telor untuk mengganti energi gue yang terbuang lantaran kurang tidur. daripada ga ada kerjaan ngeliatin dinding yang ditempelin flyers kampanye, gue iseng-iseng mengobservasi gimana si Mamang memasak Indomie Rebus + Telor pesenan gue.
si Mamang menyalakan kompornya, dimana udah terletak satu panci cukup besar berwarna merah di atasnya. si Mamang mengambil telor, mecahin telor dengan sigap, trus masukin telor itu ke plastik. HAH? oh mungkin dia ngebuang kuning telornya kali yah, biar ga kolesterol. oke positip tingking! trus dia pun masukin si plastik berisi telor itu ke dalam panci, trus ditutup oleh si tutup panci. HAAAHH??? WTF??? (!^%$!@%$!^@!!)
oh tidak, telor gue akan terasa gurih, renyah, dan kremes-kremes...
detik itu, gue cuma bisa bengong melongo lama, ditambah efek kantuk gue yang cuma tidur 2 jam semalem. di dalam otak gue dengan kapasitas terrendahnya, pikiran gue melayang ke episode Jean Pantau yang baru gue tonton kemarin tentang gimana si Tukang Gorengan masukin plastik minyaknya ke wajan penggorengan. dan amazingly, gue melihat hal yang sama pada pagi hari yang spesial pake telor plastik ini: si Mamang masukin plastik isi telor ke dalam panci!
lalu terlihat si Mamang sedang nunggu si telor mateng. selama itu pun gue mulai membuat beberapa jalur alternatip. antara tanya langsung ke si Mamang, "heh? kok lo masukin plastiknya juga?? biar gurih ya?? biar renyah ya?? lo kate telornya gorengan apah??", atau menunggu si Mamang selesai memasak Indomie Rebus + Telor nan Gurih dan Renyah. dan kalau bener si plastik larut dalam mie dan telor, gue akan cabut lari tunggang langgang sambil tereak-tereak "ANJIIIRRR GUE DISODORIN INDOMIE REBUS TELOR PAKE PLASTIKKK!!!".
tapi tampaknya gue lebih prefer ke alternatip kedua dengan adegan tereak-tereak diganti dengan membayar si Mamang trus cabut tanpa makan Indomie Rebus + Telor nan Gurih dan Renyah tersebut.
selagi sibuk membayangkan gimana ending dari episode Timo Pantau pada pagi hari spesial pake telor plastik itu, gue melihat si Mamang ngebuka bungkus Indomie, memasukkan mie yang masih kering ke dalam bungkus plastik, berikut bumbu-bumbunya, masukin sedikit air yang dia ambil pake centong dari dalem panci ke dalam plastik berisi mie itu, trus serta merta memasukkan plastik berisi mie tersebut ke dalam panci merahnya yang luar biasa (!^%$!@%$!^@!!).
tarik napas, rekapitulasi. gue mulai membayangkan isi dari panci merah besarnya itu: si plastik berisi telor sendang bersanding dengan mesranya dengan pasangan barunya, plastik berisi indomie, dan mereka sedang dimadu asmara untuk direbus berdua, dalam satu jalinan kasih panci merah nan menyala, diiringi oleh panasnya api kompor yang membahana di bawah mereka. oh indahnya...
well, entah antara shock atau kantuk yang teramat sangat, gue cuma bisa duduk lemas dan memandangi si Panci Merah, dan si Mamang. kemudian pikiran gue dalam level terrendahnya mulai bekerja. hm, itu kan panci, isinya air, gunanya untuk merebus. tentu saja, kan gue pesan Indomie Rebus. mungkin ga sih, plastik bisa larut dalam air yang direbus? kalau plastik larut dalam wajan penggorengan sih memang, tapi dalam air yang direbus? hm hm, sayang pengetahuan dapur gue sangat minim, dan yang hanya bisa gue lakukan untuk tahu jawabannya adalah menunggu si Mamang selesai merebus mie dan telor itu. pengen sih gue telpon nyokap untuk tanya, "plastik direbus di dalem air, bisa larut ga sih?". tapi tampaknya pada jam sepagi ini, nyokap belum bangun untuk menjawab pertanyaan super penting itu, pertanyaan yang akan menentukan ke arah mana masa depan gue nantinya.
sementara gue larut dalam pikiran gue, si Mamang bergerak mendekati si Panci Merah, membuka tutupnya, melongok ke dalam panci, lalu mengeluarkan si Plastik Indomie, menuang Indomie ke dalam mangkok yang telah disiapkan sebelumnya. lalu si Mamang mengeluarkan si plastik telor, menuangkannya di atas indomie nya. kemudian si Mamang mengambil sendok dan garpu, meletakkannya di mangkok tersebut. kemudian si Mamang membawa mangkok itu ke depan gue. inilah dia, Indomie Rebus + Telor Rasa Plastik!
sementara itu si Mamang kembali ke dapur berjalannya, mengambil kedua plastik bekas indomie dan telor tadi, dan menaruhnya di sebuah kotak di meja. mata gue pun tertuju pada kotak itu. dari jauh tampak beberapa plastik tampak berdiri berbaris di dalam kotak itu. tampaknya plastik itu sudah siap bertugas pada hari itu, untuk membungkus indomie dan telor di dalam si Panci Merah. gosh!!!
lalu mata gue kembali ke hidangan hangat di depan mata gue. sebuah mangkok biru berisi indomie rebus dan telornya, dihiasi oleh sendok dan garpu, aromanya diperkuat oleh asap yang mengepul di sekitarnya. asap itu seakan mengatakan kepada indera penciuman dan penglihatan gue sebagai sebuah kode "EAT ME! EAT ME!".
dan gue pun menyantap Indomie Rebus + Telor Rasa Plastik itu. haha! *laper euyy...!
malam harinya, gue cerita ke sohib-sohib gue. salah satu dari sohib gue bilang bahwa itu adalah hal yang wajar ditemukan di warung-warung. hanya untuk mempermudah dan mempercepat si tukang masak memisah-misahkan indomie milih si pemesan yang satu dengan yang lainnya. ya cukup masuk akal dibandingkan asumsi awal gue, untuk menghemat air biar ga usah ganti-ganti air untuk memasak indomie berkali-kali dalam jangka waktu tertentu.
tapi tetep aja, bukannya plastik sangat berbahaya bila dipanaskan yah? hasil penerawangan gue sama mbah Google, zat-zat dalam plastik yang dipanaskan bisa berpindah ke dalam makanan, dan bisa berpindah ke tubuh yang mengkonsumsi makanan tersebut.
jadi yah, hati-hati aja kalau jajan atau makan di pinggir jalan.
dan kayaknya, celetukan iseng kalo lagi makan diluar seperti, "ga pake lama yah, bang!" perlu diganti menjadi
ga pake PLASTIK yah, bang!
gambar gorengan diambil dari sini
gambar mie diambil dari sini
gambar kantong plastik diambil dari sini
gambar panci diambil dari sini
artikel tentang Gorengan Mengandung Plastik bisa dibaca disini
pertanyaan gue mengenai plastik bisa direbus atau engga, ternyata jawabannya ada di artikel tentang Merebus Air di Gelas Plastik yang bisa dibaca disini
- Monday, June 15, 2009
- 6 Comments