Kaleidoskop 2011

Saturday, December 31, 2011

Resolusi 2011?
Rasanya kurang lebih gue sudah membuat kalender perjalanan gue selama setahun ke depan; memenuhi masa kerja sosial di Glasgow sampai akhir Juni, lalu satu bulan mini-Eurotrip untuk mengunjungi teman-teman lama gue di beberapa negara, dan kembali ke bukit Taize sampai setidaknya European Meeting selanjutnya di Berlin. Semoga dengan singgahnya gue di Taize selama beberapa bulan, gue bisa men-digest dan merefleksikan segala hal luar biasa yang telah terjadi pada gue selama ini. Karena gue ingat benar, semenjak Manila gue benar-benar belum punya waktu untuk duduk diam dan merenung karena terlalu sibuk untuk mengejar mimpi-mimpi. Lalu langkah selanjutnya setelah proses refleksi itu adalah semoga gue bisa menemukan jalan gue untuk kerja sosial sebagai apa dan dimana. Amin! (Kaleidoskopi 2010, 2010)

Januari 2011
Lima hari pertama di tahun 2011 ini gue habiskan di tanah Belanda. Tepatnya setelah pertemuan kaum muda Eropa yang diadakan oleh Komunitas Taize ditutup pada tanggal 1 Januari, gue pun mengunjungi seorang teman lama di Rotterdam. Lalu gue mendatangi kota Amsterdam untuk mengunjungi seorang teman baru, sekaligus melihat-lihat ibu kota Belanda itu. Lewat salah satu acara tradisional Skotlandia yang gue ikuti, gue menemukan bahwa gue tidak terlalu mengenal negara gue sendiri, khususnya dalam hal sastra. Lalu seperti bulan Januari tahun-tahun sebelumnya, umur gue bertambah satu.

Februari 2011
Ada banyak hal menarik yang terjadi di bulan penuh cinta ini *tjiee*, salah satunya adalah bagaimana gue bisa berkenalan dengan dua wanita sekaligus *tepuk tangan*. Ada #gadisblazer yang sayangnya berakhir tragis, namun ada pula #gadisbis yang berujung pada kencan casual *ihiy*. Lalu di akhir bulan, untuk pertama kalinya gue pergi keluar dari main island untuk menuju pulau kecil  yang cukup terisolasi, pulau Iona. Perjalanan menuju pulau ini luar biasa; dua jam jalan darat, menyebrang ke pulau Mull dengan kapal ferry, satu jam jalan darat, menyeberang lagi dengan kapal ferry ke pulau Iona. Tapi sepanjang jalan kenangan tersebut, gue benar-benar mengerti bagaimana sang Ratu tidak ingin melepas Skotlandia; lantaran pemandangan alamnya luar biasa indah dan mengagumkan!


Maret 2011
Gue yang memiliki passion tersendiri terhadap film, mengalami suatu hal yang membahagiakan di bulan ini. Akhirnya gue kesampean nonton salah satu film favorit gue di layar lebar! Sobekan tiket film ini pun menjadi sobekan tiket paling berharga dalam koleksi gue. Gue ingat dengan jelas bagaimana gue hampir berlinang air mata ketika menonton film tersebut, dan juga bahagia campur sedih ketika selesai menonton. Sedih karena pengalaman indah itu tidak akan terulang lagi. Di bulan ini gue ingat bagaimana gue mengalami titik awal dari fase homesick gue, dimulai dengan bagaimana gue kangen dengan teman-teman gue di tanah air. Tahun ini juga menjadi tahun dimana pertama kalinya gue menyaksikan acara penghargaan film paling bergengsi secara langsung (walaupun lewat online streaming yang ilegal ;p) Oscar! Yang membuat hal ini spesial adalah, baru pertama kali juga gue menonton hampir semua film yang masuk dalam nominasi Best Picture; 8 dari 10 film sudah gue tonton di bioskop di Glasgow tentunya. Di akhir bulan, gue menonton konser salah satu band idola gue yang rasanya tidak mungkin akan datang ke Indonesia, Buena Vista Social Club!

Taize European Meeting, bersama sesama animators di host parish di Rotterdam
April 2011
Hampir setiap bulannya, kami sebagai Vincentian Volunteer wajib mengikut retret yang telah ada dalam program ini. Salah satu programnya pada bulan ini adalah silence retreat. Tepat sekali, sebuah retret dimana kami diminta untuk melakukan hening selama 7 hari; tidak hanya hening di mulut, tetapi juga hening di perasaan dan pikiran. Ini bukan kali pertama gue mengikuti silence retreat, dimana sebelumnya gue mengikuti a week in silence di Taize tahun 2008 kemarin. Di bulan ini juga terdapat satu tanggal yang akan menambah sejarah Kerajaan Inggris Raya; Royal Wedding! Memanfaatkan libur panjang, gue pun melakukan perjalanan mengunjungi beberapa kota sekaligus dalam waktu sembilan hari sebelum mengunjungi London untuk mengikuti prosesi pernikahan William & Kate. Jadilah gue merayakan Paskah di Manchester dan Bolton, mengunjungi seorang teman di Newcastle, York, dan Leeds, kemudian mengakhiri perjalanan panjang gue di ibukota Inggris. Lumayan, bisa bikin iri orang banyak dengan foto-foto perarakan William dan Kate di depan Buckingham Palace lewat hasil jepretan kamera gue sendiri :D

Mei 2011
Bulan kesembilan dari masa tinggal gue di Glasgow dan gue telah merasakan fase puncak dari homesick. Hal tersebut sangat berkaitan dengan bagaimana gue tidak memiliki hang-out friends disana. Jam kerja yang sedikit dan waktu luang yang banyak, kebanyakan hanya gue habiskan di depan layar laptop ataupun layar lebar. Usaha cari teman lewat universitas dan pub pun berakhir sia-sia, di tempat kerja pun tidak ada teman-teman yang seumuran. Tapi ada hal-hal yang cukup menghibur gue di bulan ini. Kalau dua bulan lalu gue bisa nonton salah satu film favorit sepanjang masa gue di layar lebar, maka di bulan ini gue menonton salah satu lagi dari film favorit sepanjang masa gue di panggung teater! Tidak hanya itu, gue juga sudah bisa mencoret salah satu poin dari "things to do before I die" yaitu menghirup udara di stadion Old Trafford, Manchester. Mimpi hidup yang terwujud ini ternyata tidak sampai situ saja, karena gue juga bisa melihat pemain-pemain idola gue dari jarak dekat dalam pawai kemenangan 19 kali sebagai juara Liga Inggris di kota Manchester. Ternyata itu saja tidak cukup, dimana Dewi Fortuna yang sangat baik memberikan gue sebuah kaos MU asli lengkap dengan tanda tangan Ryan Giggs :D

Juni 2011
Di akhir bulan ini, gue harus mengucapkan selamat tinggal kepada Glasgow yang telah baik hati kepada gue selama sepuluh bulan terakhir. Segala macam pikiran dan perasaan gue pun gue tumpahkan untuk mempersiapkan perjalanan gue selanjutnya. Ya, selama empat bulan terakhir, gue telah merencanakan satu lagi mimpi hidup yang akan gue wujudkan; backpacking EuroTrip! Dengan tiket pulang tertanggal 12 Agustus 2011 telah ditangan, membulatkan keputusan gue untuk pulang ke tanah air setelah satu tahun mengembara di negeri orang. Namun ternyata persiapan tersebut tidak berjalan lancar dan dengan terpaksa menguras segala macam emosi yang ada dalam diri gue. Akomodasi di start awal gue (London) yang masih belum jelas dan aplikasi visa Schengen yang ternyata memakan waktu lama membuat gue berimprovisasi di sana-sini. Semua kekhawatiran ini pun akhirnya memuncak dan menyentuh tapal batas emosi gue.

Royal Wedding, London
Juli 2011
Sampai saat ini, mungkin bulan ini adalah bulan terbaik dalam masa hidup gue. Ini adalah bulan dimana gue akan hidup nomaden selama 43 hari ke depan, berpindah-pindah dari satu kota ke kota lain di seantero benua Eropa dengan hanya memanggul satu tas carrier seberat 10 kg. Ya, gue sedang menjalani salah satu mimpi hidup gue! Dimulai dari pelabuhan Dover di tanah Inggris untuk menyeberang ke Calais di tanah Perancis, meneruskan perjalanan dengan bis ke Rotterdam, lalu naik kereta untuk menuju kota pertama yang akan gue singgahi; Hamburg! Dari kota pelabuhan Hamburg, gue melanjutkan perjalanan dengan bis menuju Berlin. Dari ibu kota Jerman itu, gue melanjutkan kunjungan gue menuju desa kecil bernama Klostermansfeld. Setelah itu kota Leipzig menutup kunjungan sosial gue untuk menemui teman-teman lama di negara Jerman ini. Dari Berlin, gue terbang menuju Romania! Bersama seorang teman lama, gue mengunjungi empat kota sekaligus dalam enam hari di Romania; Craiova, Sibiu, Sinaia, dan Bucharest. Dari Bucharest, gue menuju negara Eropa ketiga dalam perjalanan panjang gue, Italia! Bermula dari Roma, lalu gue sedikit beristirahat selama tiga malam di Venezia. Mengintip menara miring di Pisa, lalu menginap semalam di Milan untuk melanjutkan perjalanan ke Taize.

Agustus 2011
Awal bulan ini sekaligus menjadi pelengkap mimpi gue, kembali ke Taize!  Ya, di tahun 2008 gue tinggal selama tiga bulan, pasti aneh rasanya jika kali kedua gue datang ke Taize untuk tinggal hanya satu minggu. Tapi ternyata, pengalaman ini menjadi sebuah pengalaman yang berbeda dan gue bisa melihat desa Taize dari sisi yang berbeda. Setelah Taize, gue menuju kota terakhir dalam perjalanan panjang gue; Paris. Kota ini sungguh tepat untuk menjadi epilog dari bab petualangan gue di Eropa. Empat hari berkeliling kota romantis ini benar-benar memuaskan mata dan hati. Tanggal 13 Agustus 2011 pun gue kembali menginjakkan kaki di tanah air tercinta. Usai sudah pengembaraan gue di negeri orang di tahun ini.

September 2011
Kembali ke rumah setelah pergi jauh dan lama itu selalu sulit. Namun hal ini sudah terjadi tiga kali dalam hidup gue, dan ternyata adaptasi kembali terhadap kondisi rumah kali ini jauh lebih mudah. Cuaca, macet, naik motor, dan hal-hal lain menjadi cukup mudah bagi gue untuk menyesuaikan diri. Yang sulit justru menerima keadaan bahwa petualangan gue sudah berakhir dan saatnya untuk hidup "normal". Mencari pekerjaan dan mencoba tidak terjebak dalam post-travel blues.

Backpacking-trip di Eropa
Oktober 2011
Di bulan ini gue juga rasanya masih jadi pengangguran. Belum dapat pekerjaan penuh waktu, tapi gue menyibukkan diri gue dengan berbagai pekerjaan lepas dari teman-teman gue yang baik hati. Selain itu gue juga menyibukkan diri gue dengan kegiatan gereja.

November 2011
Masih menganggur juga, tapi ada satu proyek besar di bulan ini dengan menjadi tenaga kerja lepas; satu minggu menjadi peneliti di tengah perkebunan sawit di Kecamatan Merlung, Propinsi Jambi. Sebuah pengalaman yang sangat membuka cakrawala pandang, baik tentang kelapa sawit pada khususnya dan tentang Indonesia pada umumnya. Pengalaman ini bisa menjadi pintu masuk dari mimpi gue berikutnya; mengunjungi setiap desa dan kota kecil di Indonesia.

Desember 2011
Bulan keempat jadi pengangguran ini membuat gue merasa putus asa. Efek lanjutan dari keputus-asaan ini adalah merasa kurang percaya diri dan merasa tidak berguna. Malah sempat timbul pikiran kecil yang mengatakan bahwa gue hanya buang-buang waktu selama dua tahun terakhir untuk berkelana melihat dunia dan membantu orang-orang yang membutuhkan. Toh ketika kembali ke tanah air, tidak ada lembaga yang bergerak di bidang sosial untuk memanggil gue untuk wawancara kerja. Tapi perbincangan dengan seorang lama cukup menaikkan semangat hidup gue yang sempat jatuh. Bahwa proses ini adalah normal. Apalagi di akhir bulan ini, gue mendapat harapan baru dari sebuah lowongan kerja. Selain itu, ini adalah Natal pertama dalam tiga tahun terakhir dimana gue merayakannya bersama keluarga dan teman-teman di Indonesia. Sama seperti Tahun Baru, ini akan jadi perayaan pergantian tahun pertama bagi gue di tanah air dalam dua tahun terakhir.

Secara keseluruhan, 2011 adalah tahun yang luar biasa bagi gue. 2011 adalah tahun dimana semua mimpi hidup gue terwujud. Tidak menyisakan apapun dalam daftar Things To Do Before I Die milik gue. Menariknya adalah, setiap kali mimpi hidup itu terwujud, maka perwujudan itu akan jauh lebih baik daripada apa yang bisa gue bayangkan. Walaupun ekspektasinya sudah setinggi mungkin, tapi ternyata yang terjadi jauh lebih luar biasa daripada apa yang telah gue impikan sejak lama. Kemudian apa yang gue takutnya ternyata terjadi, tidak ada mimpi-mimpi baru yang muncul setelah semua mimpi terwujud. Saat ini gue memang sedang membangun mimpi-mimpi baru itu, namun gambarannya masih cukup kasar dan mentah. Ternyata membangun suatu mimpi baru itu tidak mudah dan butuh proses. Atau mimpi baru tersebut berubah bentuk dan menyamar sebagai "keinginan", karena bagaimana gue bisa menaklukkan setiap mimpi - sehingga kata "mimpi" itu tidak terlalu jauh dan tinggi untuk digapai. Akhir kata, gue bisa menggambarkan tahun 2011 dalam satu frase yang singkat; tahun perwujudan mimpi.

Manchester United vs Juventus di Old Trafford, Manchester
Resolusi 2012?
Mendapat pekerjaan tetap di bidang sosial. Tadi gue berpikir untuk mencari pekerjaan di bidang sosial yang bertempat di Jakarta. Namun setelah mengalami betapa keringnya panggilan wawancara hasil dari setiap aplikasi gue, akhirnya gue menyerah; gue bersedia bekerja dimana saja di Indonesia - asalkan di bidang sosial. Umur gue yang semakin bertambah mengingatkan gue untuk harus segera mulai membangun karir di bidang sosial. Sudah bukan waktunya lagi untuk mencari kerjaan lain sebagai "batu loncatan". Gue membayangkan tidak akan ada perjalanan keluar negeri lagi di tahun 2012, tapi yang ada adalah perjalanan ke daerah-daerah pelosok di nusantara. Ya, gue ingin melihat Indonesia lebih dalam sebelum gue keluar negeri lagi, agar gue bisa mempromosikan Indonesia dengan lebih baik. Amin!


2011 gue dalam 140 karakter

You Might Also Like

1 comment(s)

  1. Timo.. nice story.. nice resolution.. u cuba apply ke NGO gak.. atau mungkin sekarang uda kerja ni? hehe..

    ReplyDelete

About Me

Timo - a full-time explorer, a part-time writer, a film programmer, a movie passionate, an author of Sobekan Tiket Bioskop